Langsung ke konten utama

MAKALAH TENTANG IMAN, ISLAM DAN IHSAN


BAB  I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

 



1.     Latar belakang masalah

Artinya: “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”.

Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.



2.     Rumusan masalah
a.     Hadis tentang Iman, Islam dan Ihsan
b.     Syarah hadis Iman, Islam, dan Ihsan
c.    Hadis berbuat baik dalam segala Hal
d.    Syarah hadis berbuat baik dalam segala hal


3.     Tujuan
a.     Mengetahui  hadis Iman, Islam dan Ihsan
b.     Mengetahui syarah hadis Iman, Islam dan Ihsan
c.       Mengetahui Hadis berbuat baik dalam segala hal
d.      Mengetahui syarah hadis berbuat baik dalam segala hal



BAB II
PEMBAHASAN
I.         HADIS PERTAMA

A.    Hadis tentang Islam,Iman dan Ikhsan
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  
[رواه مسلم]
“Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) untuk mengajari kalian tentang agama kalian “. (H.R Muslim).
B.     Syarah Hadis
MAKNA KATA-KATA DARI UCAPAN UMAR
            Perkataan umar: ketika nabi duduk “ Asal kata bainamaa akan tetapiditambah huruf Maa. Asal katannya adalah Baina nahnu (diantara kami), dan kata Maa ditambahkan sebagai penguat (menjadi Bainamaa nahnu). Kata Juluusun sebagai mubatada’(predikat),  sedangkan khbarnya adalah ‘indarasulillahi salallahu ‘alaihi wasalam (Disisi Rasulllah SAW) Kata djata yauma disini bermakna umum, yang artinya disalah satu hari. Dalam bahasa  Arab, kata djata memiliki arti yang berbeda-beda, terkadang bermakna:
1.      pemilik, seperti kata djatunnathaakaini, artinyya pemilik dua sabuk.
2.      terkadang sebagai ismul maushuul, sebagaimana dalam bahasa kaum Thayy, mereka adalah satu dari bangsa Arab yang menggunakan kata djata dengan makna Allatiy (yang) seperti yang dikatakan oleh Ibnu Malik (penyusun Alfiyah IbniMalik). ”seperti juga kata Allatiy (yang) dijadikan oleh mereka (kaum Thayy) sebagai makna dari kata djaatu. seperti perkataan mereka,biktu alaika bani djatasytaraytu (Aku jual kepadamu rumahku yang telah aku beli).”
3.      terkadang bermakna nakirah yang menunjukkan kepada hal yang umum, seperti dalam hadist ini “...djaatayauma” dan inilh yang paaling banyak digunakan (dalam makna kata ini).
Perkataan Umar (idjthala’a ‘alaynaa rajulun) ”tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki,” kata seorang laki-laki (rajula) “disinitidak jelas, dalam rupannya ia adalah seorang laki-laki tetapi pada hakikatnya ia adalah malaikat.[1]
Syadidu bayaadhisstiyaab (Yang berpakaiaan sangat putih),’’ artinya ia mengenakan pakaiaan yang  sangat putih. “syadidusawaadisya’ri (rambutnya sangat hitam), “menunjukkan bahwa malaikat ini datang dengan rupa seorang pemuda (belum beruban).
“laayura’alaihiastarussafar” (Tidak terlihat padanya bekas perjalananan jauh),” karena bajunya sangat putih dan rambutnya sangat hitam, tidak didapati debu dan kkusut akibat perjalanan. oleh karena itu dikatakan, “laayura’alaihiastarussafar” (Tidak terlihat padanya bekas perjalananan jauh), karena biasannya di saat seperti itu akan terlibat bekas perjalanan dari seorang musafir, baik rambutnya yang acak-acakan, terkena debu, dan pakaiaannya berbeda dengan pakaian orang yang bermukim, akan tetapi bekas perjalanan jauh tidak didapati dari orang tersebut.
“walaya’rifuhu minnaa ahadun” dan tidak seorangpun dari kami yang mengenal nya),” artinya ia bukan penduduk Madinah yang dikenal, ia adalah orang asing.
“hattaa jalasailannabiyyi SAW” (hingga ia dudukmenghampiri Nabi Saw),” Umar tidak mengatakan, “disekitar Nabi (‘indannabiyyi),” halini untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar duduk dihadapan beliau. Artinya, orang ini duduk menempel kepada Nabi SAW. oleh karena itu umar mengatakan (lalu ia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya),” yakni kedua telapak tangan orang ini,(diatas kedua pahanya), yakni diatas kedua pahannya sendiri bukan di atas kedua paha Nabi SAW hal ini menunjukkan penghormatan yang sngat tinggi.
(Lalu ia berkata, wahai muhammad’),” ia tidak mengatakan, (Wahai Rasulullah) tujuannya agar para sahabat menyangka bahwa ia seorang Arab Badui (Arab Pedalaman), kerena orang badai itu umumnya memanggil Nabi SAW dengan namanya. adapun orang madinah sendiri (selain mereka) memanggil beliau dengan menyertai sifat kenabiaan atau risalah seperti Rasulullah.
C.    Rukun Islam
(kabarkanlah  kepadaku tentang islam),” yakni apa itu islam ? jelaskanlah kepadaku. Rasulullah SAW menjawab (islam adalaah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhhak diibadahi dengan benarkecuali Allah dan bahwa muhammad adalah Rasulullah)” artinya menutapkan dan mengakuinya dengan lisan an hatimu, tidak cukup hanya lisan saja,
Persaksian tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah) maknannya bahwa seorang manusia harus mengakui dengan lisan dan hatinnya bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah SWT bermakna saya akui dengan hati dan saya ucapkan dengan lisan, karena persaksian adalah ungkapan yang ada di dalam hati . jika orang bersaksi itu itu bisu maka, maka persaksian hati sudah cukup baginya, kerena lisannya tidak mampu mengucapkannya. Adapun orang yang sehat maka persaksiannya tidak cukup hanya dengan lisannya saja, karena orang-orang munafik bersaksi atas keesaan Allah hanya dengan lisan mereka. lisan mereka mengucapkan apa yang tidak diyakini oleh hati mereka, hal ini sam sekali tidak bermanfaat bagi mereka.  mereka mendatangi Rasulullah SAW seraya menetapkan bahwa mereka bersaksi , beliau adalah Rasulullah. dan Allah mengetahui bahwa beliau benar-benar Rasulullah, akan tetapi Allah  SWT mengetahui bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.tetapi harus dengan keduannya. Allah berfirman Q.S Az-Zukhruf: 86  .
Ÿwur à7Î=ôJtƒ šúïÏ%©!$# šcqããôtƒ `ÏB ÏmÏRrߊ spyè»xÿ¤±9$# žwÎ) `tB yÍky­ Èd,ysø9$$Î/ öNèdur tbqßJn=ôètƒ Artinya: Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya) (Q.S Az-Zukhruf :86)

            Dan sabdanya “Rasulullah” bentuk subjek “rasulullah” si sini bermakna objek, yaitu yang diutus “mursalun”. Rasul adalah siapa yang memberi wahyu oleh Allah ta’ala berupa syariat dan diperintahkan kepadanya untuk menyampaikan dan mengamalkannya.
Sabda beliau “(mendirikan shalat)” artinya engkau mendiriknnyadenngn berdiri secara sempurna dan benar. kata “shalat” disini mencakup shalat wajib dan shalat sunnah. Sabda beliau “ Dan dirikanlah sholat” yakni melaksanakannya secara sempurna, dan kesempurnaan ini tidak mungkintercapai kecuali denganmelaksanakan semua syarat, rukun, hal-hal yang wajib. beliau bersabda “(shalat) mencakup semua shalat baik yang wajib dan yang sunnah.
            Sabdanya,”menunaikan zakat” yakni memberikan zakat. Zakat ialah harta yang wajib  diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimannya, yang terdiri dari harta khusus yang haru dizakatkan sebagai bentuk peribadahan kepada Allah Ta’ala. dan harta khusus itu adalah:
1.      Emas
2.      perak
3.      binatang ternak
4.      Apa-apa yang keluar dari bumi (tanaman dan lain-lain)
5.      barang dagangan.
Sabda beliau, (berpuasa Ramadhan)”artinya engkau menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dalam rangka beribadah kepada Allah Ta’ala. secara bahasa,arti kata “shaumu” adalah “menahan”. Dan ramadhan adalah bulan yang sudah sangat dikenal yang berada di antara bulan Sya’ban dan Syawwal.
Dan sabdannya (memunaikan haji ke Baitullah),” Artinnya engkau bermaksud mendatangi Ka’bah untuk melaksanakan manasik haji pada waktu tertentu dengan niat ibadah kepadaNya. (jika engkau mampu mengadakan perjalanan kepadannya). ia berkata “engkau benar”. yang mengatakan Engkau benar adalah malaikat jibril AS sebagai penannya. Bagaimana ia mengatakan “Engkau benar” sementara ia endiri yang menannya? Karena orang yang mengatakan, “engkau benar” kepada orang yang menjawab, ia lebih dahulu memiliki pengetahuan tentang apa yang ditannyakan, serta ia yakin bahwa orang yang ditanya akan menjawab dengan benar. inilah yang menyebabkan para sahabat terheran-heran, bagaimana ia bertanya dan sekaligus membenarkannya.
apakah umrah masuk kedalam pelaksanaan manasik haji ataukah tidak? para ulama berselisih dalam hal ini. sebagian mereka mengatakan bahwa umrah itu termasuk kepda amalan haji, berdasarkan sabda nabi “umrah adalah haji kecil” kerana terdapat banyak riwayat dalam hadis yang sama di dalamnya disebutkan kata umrah. adapun pendapat yang benar dalam hal ini bahwa umrah tidak termasuk rukun islam, akan tetapi umrah itu wajib, yang menyebabkan seorang berdosa jika ia meninggalkannya ketika syarat-syaratnya telah terpenuhi.
D.    Rukun Iman Dan Penjelasannya
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ
( ia berkata”kabarkanlah kepadaku tentang iman’) “orang yang bertannya ini addalah jibril As. kabarkanlah kepada ku” hai muhammad, tentang iman? “kata Iman “ secara bahasa berarti ikrar dan pengakuan yang mengharuskan adannya sikap menerima atau tunduk yang sesuai dengan syariat.
1.      Beriman kepada Allah .Beriman dengan wujud Allah. barang siapa yang mengingkari keberadaan Allah, maka ia bukan orang yang beriman meskipun demikian tidak mungkin ada yang mengingkari wujud Allah Ta’ala dalam dirinnya.
2.      Beriman kepada malaikat-malaikat-Nya
beriman dengan nama-nama mereka yang kita ketahui, artinya kita yakin bahwa ada nama malaikat demikian, seperti Jibril. kita juga meriman bahwaa malaikat punya tugas-tugas masing-masing.
3.      Beriman kepada kitab-kitab-Nya
sabda beliau “wakutubihi” ‘(dan beriman kepada kitab-kitab-Nya). “kata kutubun” adalah bentuk jamak dari “kitabun” yang bermakna maktuub (yang ditulis)  yang dimaksud adalah kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Rasul-rasul-Nya. tidakada satu rasul pun melainkan diturunkan kepadanya sebuah kitab.
kita mengimni bahwa Allah Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada setiap Rasul, dan kitab-kitab itu berasal dari Allah. tetapi kita tidak mengimani  kitab selain Al-qur’anyang ada pada umat-umat sekarang berasal dari Allah Ta’ala, karena telah terjadi penyimpangan  dan perubahan padanya. kita hanya mengimani bahwa asal kitab tersebut yang diturunkan kepada Rasul benar-benar berasal dari Allah Ta’ala.
4.      Beriman kepada Rasul-rasul-Nya
Sabda beliau “warasulihi” dan beriman kepada rasul-rasul-Nya” Artinya engkau beriman kepada semua Rasul Allah. 
5.       Beriman kepada hari akhir
beriman kepada hari Akhir mencakub empat hal pokok, yaitu:
·         beriman kepada kejadiaanNya
·         beriman kepada setiap apa yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya.
·         beriman kepada apa yang disebutkan (kejadiaanya)
·         beriman akan adanya nikmat dan azab kubur
6.      Beriman kepada takdir baik dan burukNya
sabda beliau “watukminabilkadari khairihi wasyarrihi” (dan engkau beriman kepada takdir baik dan buruknya). Dalam pernyataan ini beliau mengulangi kata “tukminu” (Engkau beriman)”. untuk menunjukkan pentingnya beriman kepada qadar (takdir). masalah ini sangatlah penting dan sangat fatal akibatnya jika kita salah dalam memahaminya.

E.     Ihsan Dan Penjelasannya 
kemudian ia berkata “akhbirniy ‘anilikhsaan” (Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan).” “Al ihsaanu” adalah mashdar (asal kata) dari kata “Ahsana yuhsibu” artinya mencurahkan kebaikan. dan berbuat ihsan untuk hak pencipta artinya Engkau menbangun ibadahmu diatas pondasi ikhlas kepada Allah Ta’ala dan mengikitu petunjuk Rasulullah Saw.
Setiap kali engkau ikhlas dan mengikuti Nabi Saw berarti engkau telah berbuat ihsan. adapun ikhsan terhadap makhluk ciptaan adalah dengan mencurahkan kebaikan kebaikan kepada   mereka dari harta kedudukan dan selainnya.
Nabi bersabda (ihsan Adalah engkau beribadah kepada Allah..) Ibadah kepada Allah tidak dianggap benar kkecuali dengan dua perkara, yaitu:
a.       ikhlas kepada Allah SWT
b.      Mutaaba’ah (mengikuti petunjuk) Rasulullah SAW


F.     Pelajaran yang terdapat dalam hadits
1.  Memperindah pakaian dan penanpilan. Disunnahkan memakai pakaian yang bersih dan memakai minyak wangi ketika masuk masjid, menghadairi majlis ilmu dan sopan santun ketika berhadapan dengan para ulama. Sesungguhnya Jibril Alaihis Salam datang sebagai guru yang mengajar manusia dengan penampilan dan tutur katamya.
2.  Apa itu Islam ? Islam menurut bahasa: Tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. Sedang menurut syariat: adalah yang ditegakkan di atas lima pondasi, yaitu: Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat pada waktunya dengan menyempurnakan seluruh syarat dan rukunnya, melaksanakan seluruh sunnah dan adabnya, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah sekali dalam seumur hidup bagi orang yang mampu, yaitu mampu menempuh perjalanan dengan memiliki bekal, kendaraan dan memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan.
3.  Apa itu Iman ? Iman menurut bahasa: yakin, sedangkan menurut syariat: Keyakinan yang kokoh akan keberadaan Allah sebagai Pencipta dan bahwa Dialah satu-satu Dzat yang berhak diibadahi.
Membenarkan adanya makhluk Allah berupa para malaikat, mereka adalah makhluk yang dimuliakan, tidak bermaksiat terhadap Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan. Allah menciptakan mereka dari cahaya, tidak makan, tidak disifati dengan laki-laki atau perempuan, tidak mempunyai keturunan dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah.Membenarkan kitab-kitab samawi yang diturunkan Allah yang berisikan syariat-Nya sebelum diubah oleh tangan-tangan jahat manusia.Membenarkan para rasul yang dipilih Allah untuk menunjuki manusia ke jalan yang benar, diturunkan kepada mereka kitab samawi, dan menyakini bahwa para rasul adalah orang-orang yang makshum (terpelihara dari dosa).
Membenarkan adanya hari akhir. Pada hari itu Allah membangkitkan seluruh manusia dari alam kubur, menghisa bseluruh amal mereka, jika baik dibalas dengan kebaikan dan jika buruk dibalas dengan siksa-Nya.Membenarkan bahwa semua yang terjadi di alam ini adalah karena takdir dan kehendak Allah demi hikmah yang diketahu-Nya.Inilah rukun Iman. Barangsiapa yang menyakini, ia akan selamat dan barangsiapa yang menentangnya, dia akan merugi. Allah Ta’ala berfirman,
“ Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya , kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisaa’ : 136)
4.  Islam dan Iman. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa Islam dan Iman adalah dua hakekat yang berbeda, dan ini kaidah dasar dalam setiap nama yang berbeda. Namun adakalanya syariat memperluasnya dengan menyebutkannya salah satunya untuk menunjukkan keduanya. Tidak ada iman tanpa Islam dan tidak ada artinya Islam tanpa Iman. Dan keduanya saling berkaitan erat, karena iman itu mesti ada di dalam hati dan amal yang dikerjakan oleh anggota badan.
5.  Apa itu Ihsan ? Ihsan adalah iklas dan berbuat sebaik mungkin (itqan). Yaitu mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dengan menyemprnakan pelaksanaannya seakan-akan kamu melihat Allah saat beribadah. Jika tidak mampu melakukan yang demikian maka ingatlah bahwa Allah menyaksikan perkara yang kecil dan yang besar yang ada pada dirimu.
6.  Hari Kiamat dan tanda-tandanya. Pengetahuan tentang terjadinya hari kiamat adalah hanya ada pada Allah. Tidak ada satu pun makhluk yang mengetahuinya, baik dari para malaikat maupun para nabi.[2]








II.       HADIS KEDUA

A.    Hadis Tentang Berbuat Baik Dalam Segala Hal
عنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّاد ابْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :

 إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ

 وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ .
                                          
[رواه مسلم]

Artinya: Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) terhadap segala sesuatu. Karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya salah seorang dari kalian menajamkan goloknya dan melegakan sembelihannya.” (Shahih dikeluarkan oleh Muslim di dalam [Ash Shaid/1955/Abdul Baqi]).

B.     Syarah Hadis

Ihsan (berbuat baik) adalah lawan isa’ah (berbuat jelek), dan itu sudah dikenal.
(كَتَبَ ) maknanya adalah ( شرع ) (mensyari’atkan).
Dan sabdanya عَلَى كُلِّ شَيْءٍ) secara zhahir maknanya adalah pada segala sesuatu, yakni bahwa berbuat baik tidak khusus terhadap bani adam (manusia saja), akan tetapi sifatnya umum pada segala sesuatu. (Jika kalian membunuh. ) dan ini adalah di antara perbuatan baik.
Dan sabdanya, “Jika kamu membunuh.” Ini adalah ketika membunuh, baik ketika membunuh manusia, membunuh makhluk lain yang dibolehkan untuk dibunuh, atau membunuh binatang-binatang yang disunnahkan untuk dibunuh, seperti: binatang buas atau yang lainnya.
Dan sabda beliau, “Maka sembelihlah dengan cara yang baik.”
Yakni dengan menempuh jalan yang paling dekat untuk pencapaian tujuan tanpa menyakiti, akan tetapi terbantah dengan riwayat yang tetap daripada hukuman rajam bagi pelaku zina muhshan, maka jawabannya dikatakan: bahwa hal itu merupakan bentuk pengecualian dari hadits ini, atau bisa dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “dan bunuhlah dengan cara yang baik”, yakni mencocoki syari’at dan membunuh pezina muhshan dengan cara merajamnya adalah tindakan yang mencocoki syari’at.
Adapun sabdanya, “dan sembelihlah dengan cara yang baik”, yang dimaksudkan dengannya ialah sembelihan dari hewan yang penyembelihannya sebagai pengorbanan bagi orangnya, seperti hewan ternak dan buruan, serta selain itu. . . maka seseorang hendaknya menempuh jalan yang paling dekat yang akan diperoleh dengannya maksud atau tujuan syari’at, yaitu penyembelihan. Karena itu, beliau bersabda, “Maka hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan goloknya dan melegakan hewan sembelihannya.” Yakni, melakukan apa-apa yang akan membuatnya senang (tidak tersiksa).[3]


C.    Faedah yang dapat dipetik dari hadits ini:

1.                Allah telah menjadikan perbuatan baik pada segala sesuatu sampai pada hal pembunuhan, karena Allah telah memerintahkan untuk berbuat baik dalam hal itu.
2.                Wajibnya membunuh dengan cara yang baik. Hal itu dilakukan dengan menempuh jalan yang paling mudah untuk membunuh jiwa, dan wajibnya berbuat baik kepada hewan yang disembelih. Demikian pula, hendaknya ia menempuh jalan terdekat untuk membunuhnya, dan hendaknya dilakukan sesuai dengan cara yang disyari’atkan.
3.                Menyiapkan alat (yang tajam) yang akan digunakan untuk menyembelih, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Dan hendaknya salah seorang dari kalian menajamkan goloknya.”
4.                Diperintahkan untuk membuat hewan yang disembelihnya tenang (tidak menyiksa) ketika penyembelihan itu dilakukan, di antaranya adalah hendaknya ia membaringkan hewan tersebut dengan lemah lembut, tidak kasar ketika membaringkannya. Di antaranya juga adalah hendaknya ia (orang yang menyembelih) menginjakkan kakinya di atas lehernya dan membiarkan kedua tangan dan kakinya tanpa memegangnya, karena hal itu lebih membuatnya santai dan lebih leluasa untuk bergerak. Dan lebih mudah terpancarnya darah dari hewan yang disembelih, sehingga yang demikian itu lebih baik.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah) Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi  pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“,  dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.










DAFTAR PUSTAKA

Musthafa Dieb Al-buqha dkk., Al-Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam An-Nawawi, Jakarta: J Pustaka Al-Kautsar,  2002.
Syaikh Muhammad bin shalih al- Utsaimin, Syarhul Arba’iin an-Nabawiyyah, Jakarta: Pustaka ibnu katsir, 2010.





[1] Syaikh Muhammad bin shalih al- Utsaimin, Syarhul Arba’iin an-Nabawiyyah, Pustaka ibnu katsir, Jakarta, 2010, Hlm. 32-33
[2] Musthafa Dieb Al-buqha dkk., Al-Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam An-Nawawi, J Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2002, Hal. 14-16.

[3] Syaikh Muhammad bin shalih al- Utsaimin, Syarhul Arba’iin an-Nabawiyyah, Pustaka ibnu katsir, Jakarta, 2010, Hlm.282-283.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

keripik daun kopi Takengon

Makalah Tujuan Dakwah

BAB I  PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi umat manusia dalam menata kehidupannya, agar mereka memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan akhirat kelak. Konsep-konsep yang ditawarkan al-Qur‟an selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena al- Qur‟an turun untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan masalah terhadap problema tersebut, kapan dan di manapun mereka berada. Dalam kaitanya dengan penafsiran al-Qur'an, manusia memiliki kemampuan membuka cakrawala atau perspektif, terutama dalam memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang mengandung zanni al-dilalah (unclear statesment). B. Rumusan Masalah  a. Apa maksud dari surat Ali-imran ayat 159 ? b. Apa maksud dari surat Al-fath ayat 28 ? c. Apa maksud dari surat Al-hajj ayat 41 ? d. Apa masksud dari surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 ?  C. Tujuan Masal